Para ahli masalah pernikahan setuju bahwa kehidupan rumah tangga memiliki tahapan perkembangan. Tahapan pertama yang harus dilalui adalah masa bulan madu. Dan, sama dengan rentang kehidupan manusia di mana kehidupan masa kanak-kanak sangat mempengaruhi kehidupannya kelak, masa bulan madu juga sangat mempengaruhi kelangsungan hidup pernikahan pasangan di kemudian hari. Berikut ini Tips menganal seluk beluk mengawali kehidupan rumah tangga dengan tepat:

1. Optimisme. Tidak salah jika orang mengatakan masa bulan madu diperkirakan berlangsung selama 1 tahun pertama adalah masa yang paling indah. Setiap pasangan menghadapainya dengan sikap positif. Bahkan, pasangan yang sebelum menikah melalui masa pacaran yang lama sekalipun, masa ini penuh dengan kegairahan dan optimisme. Hal-hal yang dirasa kurang dan biasanay sangat mengganjal saat pacaran dulu, tersapu oleh optimisme tersebut. Semua orang berharap, setelah menikah pasangannya akan berubah, kalaupun tidak sekarang yang nanti ia juga akan berubah. Optimisme inilah yang juga akan membantu pasangan menghadapi masalah-masalah kecil maupun besar yang bisa timbul karena perubahan pola hidup yang sangat besar: dari kehidupan lajang ke kehidupan rumah tangga.

2. Pemetaan Masalah. Lalu masalah apa yang kerap muncul pada masa bulan madu? Yang terutama sekali adalah masalah seputar uang. Kalu sebelum menikah, masing-masing pihak dapat bebas mengatur sendiri pengeluarannya, setelah menikah pola tersebut tentu tidak bisa lagi dipertahankan. Selain kebutuhan pribadi, ada kebutuhan rumah tangga yang harus diatasi bersama. Persoalannya : siapa yang hendak mengaturnya dan bagaimana alokasinya?

Masalah lain yang tak kurang pelik, terutama pasangan bekerja, adalah mengatur jadwal menikmati kebersamaan. Cukup banyak orang, pria maupun wanita, yang menuntut kebersamaan yang lebih panjang karena menurut mereka kalau sudah menikah berarti harus lebih sering bersama. Pembagian tugas dan tanggung jawab dalam rumah tangga juga menimbulkan masalah sendiri, terutama jika tidak ada pembantu.

3. Pandangan Ideal Yang Berbahaya. Walau ada optimisme yang bisa membantu mengatasinya, masalah-masalah di atas bisa menjadi sulit dipecahkan jika masing-masing pihak terpaku pada pandangan idealnya tentang pernikahan. Hampir setiap orang memasuki kehidupan pernikahan dengan idealisme sendiri-sendiri. Misalnya, istri harus mengalah pada suami, suami-istri sama kedudukannya, istri harus dapat mengatur suaminya dan lain sebagainya. Pandangan ideal ini biasanya berasal dari pengalaman pribadi, terutama sekali mencontohkan pola kehidupan rumah tangga orang tuannya.

Bahayanya, idealisme semacam ini bisa menggangu terbentuknya keintiman yang tulus. Dengan idealisme itu, hubungan pasangan menjadi dipaksakan supaya sesuai dengan hubungan peran dalam pandangan idealnya. Misalnya, jika Anda menganggap suami-istri ideal adalah yang berkedudukan sederajad, maka Anda pasti akan mencoba mewujudkannya. Sementara posisi suami ingin dinomorsatukan, karena menurut si suami laki-laki harus lebih “berkuasa” daripada istri. Kali ini terjadi, masalah-masalah kecil bisa menjadi serius, terutama ketika masa bulan madu telah berlalu dan optimisme menyurut. Bahkan, masalah kecil seperti siapa yang menentukan acara televisi yang akan berkembang menjadi pertengkaran sengit.

4. Bagaiamana Mengatasinya? Pertama: Hal pertama yang harus dilakukan setelah menikah adalah membina komunikasi yang baik dengan pasangan. Bicarakan semua masalah, sekecil apapun itu, secara terbuka dan janganbiarkan ada masalah yang mengganjal. Intinya jangan menunda mengungkapkan ganjalan karena Anda berpikir karena Anda berpikir toh nantinya ia akan berubah. Ketika perubahan itu tak kunjung tiba, ganjalan yang Anda pendam sudah menggunung dan mungkin masa bulan madu sudah usai. Kedua: buang jauh-jauh konsep Anda tentang sebuah pernikahan ideal, dan cari sendiri bentuk hubungan yang benar-benar bisa diterapkan dalam rumah tangga Anda. Ini memang kerja keras, karena Anda berdua akan banyak melakukan kompromi, diskusi bahkan pertengkaran. Ini lebih baik dilakukan pada masa bulan madu Anda, karena pada masa inilah pondasi rumah tangga yang baik biasanya terbentuk. Selain itu, pertengkaran umunya lebih cepat reda pada masa ini.

5. Siapa Yang Berkuasa? Pada awal pernikahan banyak pasangan yang melakukan “pertarungan” memperebutkan kekuasaan dalam rumah tangga. Yang keluar sebagai pemenang adalah pihak yang paling banyakmemegang kontrol semua masalah rumah tangga. Dalam hal ini sangat disarankan untuk membuang keinginan mendominasi rumah tangga seperti itu, dan mencoba lebih fleksibel. Sebaiknya semua ketentuan dalam rumah tangga diputuskan secara demokratis dan disesuaikan dengan kebutuhan. Seperti, adakah penghasilan yang perlu disihkan untuk kedua orang tua, apakah harus ada pembagian kaku bahwa suami hanya mengurusi kantor sedangkan istri mengurusi rumah tangga - lengkap dengan segala kerepotannya ataukan adakah penentuan hari sabtu-minggu sebagai hari keluarga yang tidak dpat diganggu gugat dan sebagainya. Tak ada patokan mutlak yang bisa diikuti, karena setiap pasangan harus mencobanya sendiri. Karena itu setiap pasangan harus mencobanya sendiri. Untuk itu, komunikasi yang baik merupakan kunci keberhasilan rumah tangga

Artikel diambil dari http://tipsanda.com

Copyright © 2008 - Seribu Cara - is proudly powered by Blogger
All Rights Reserved