Pengarang : Nanny Selamihardja
Diterbitkan di: Nopember 17, 2007 MENCEGAH JANIN GUGUR
Beruntunglah bila Anda atau istri Anda mengalami kehamilan yang normal-normal saja. Pada sebagian orang, kehamilan seringkali mendapat banyak gangguan perdarahan, yang kemungkinan penyebabnya beraneka ragam. Apa saja dan bagaimana menanggulanginya? Yanti harus segera dilarikan ke rumah sakit. Pasalnya, ia mengalami perdarahan cukup hebat dibarengi rasa mulas. Padahal usia kandungannya belum genap sembilan bulan. Sesampai di rumah sakit dokter segera melakukan tindakan pembedahan caesar dengan pertimbangan sang jabang bayi sudah cukup umur. Syukurlah Yanti berdua bayinya berhasil diselamatkan. Menurut dokter yang menangani, perdarahan yang dialami Yanti akibat terlepasnya plasenta atau ari-ari janin (solisio plasente). Kasus perdarahan kehamilan seperti dialami Yanti cukup banyak. Pada kasus ini sebenarnya plasenta melekat pada tempat normal tapi karena suatu hal plasenta terlepas. "Penyebabnya bisa macam-macam," kata dr. RB Ontowiryo HP, ahli kebidanan dan penyakit kandungan dari RS Ibu dan Anak Harapan Kita, Jakarta. "Bisa karena tumbuh tumor atau myom pada dinding kandungan, bisa karena tali plasenta terjerat pada kaki sang bayi sehingga saat bayi bergerak plasenta tertarik dan terlepas. Kasus kecelakaan seperti perut sang ibu terbentur sesuatu tepat di mana plasenta melekat juga bisa menyebabkan plasenta terlepas." Penyebab lain, kasus pre-eklamsia (selama hamil mengalami kenaikan tekanan darah dan bagian tubuh tertentu membengkak). Beruntung kalau terlepasnya plasenta pada saat janin sudah cukup umur seperti yang dialami Yanti. Sebab bila terjadinya sebelum kandungan berusia 7,5 bulan (bobot bayi 1.400 -1.500 g), janin pada umumnya sulit diselamatkan. Perdarahan pada masa kehamilan bisa juga gara-gara plasenta menutupi jalan bayi. Di sini letak plasenta tidak normal(plasenta prefia) yakni menjorok pada segmen bawah rahim, mengarah ke mulut rahim sebelah dalam. Dalam perkembangannya, semakin lama, plasenta semakin menutupi jalan keluar bayi. Kasus ini juga bisa mengakibatkan perdarahan karena terjadinya peregangan atau pengencangan bagian bawah rahim yang menyebabkan bagian bawah rahim tertarik sehingga penanaman plasenta sedikit bergeser. "Namun, penanganannya lebih mudah dibandingkan dengan kasus pertama tadi," kata dr. Ontowiryo. "Sebab perdarahan tidak berlangsung terus-menerus, tapi secara berulang, misalnya setiap 3 - 4 minggu sekali dan tidak terasa sakit. Sehingga sang janin bisa dipertahankan lebih lama," tambahnya. Untuk mempertahankan agar tidak terjadi kontraksi (usaha dari kandungan untuk mengeluarkan isinya), dokter memberikan obat, yang adakalanya diberikan lewat infus, sehingga kandungan tetap lemas dan plasenta tidak bergeser. Selama hamil tentu saja sang ibu disarankan untuk membatasi kegiatan sehari-hari (bed rest) sampai saatnya melahirkan. Bercak darah dan ikatan mulut rahim Karena kemungkinan risiko yang ditimbulkan, seringan apa pun perdarahan yang keluar semasa kehamilan haruslah diwaspadai. Kita mesti memantau apakah bercak darah hanya timbul sekali, ataukah berulang kali. Apakah bercak bertambah hebat dan disertai mulas atau tidak. Kalau bercak dibarengi mulas biasanya menunjukkan indikasi keguguran. Sebab itu begitu tampak keluar bercak merah, segeralah periksakan diri ke dokter dan beristirahat total. Dengan beristirahat total, aliran darah ke dalam rahim menjadi baik sehingga perdarahan diharapkan akan berkurang. Untuk mengecek apakah janin masih hidup biasanya diperiksa dengan alat ultrasonografi (USG). Sementara, pengeluaran bercak tanpa disertai rasa mulas bisa diatasi dengan istirahat total ditambah obat penguat kehamilan. Meski demikian, tak perlu juga kita cemas berlebihan bila terjadi perdarahan. Bisa saja perdarahan itu berasal dari mulut rahim yang mau terbuka, atau calon plasenta yang mau lepas, atau jalan bayi tertutup. Kondisi mulut rahim yang kurang baik juga bisa menyebabkan perdarahan yang berakhir dengan keguguran. Misalnya, pembukaan mulut rahim sebelum waktunya. Masalah seperti ini banyak terjadi pada ibu yang sering mengalami keguguran atau sering melahirkan. Pada kasus yang terakhir ini, kondisi serviksnya kurang baik atau robekan di bagian vaginanya tidak tertutup dengan sempurna. Untuk menghindari terjadinya keguguran, mulut rahim yang sudah agak terbuka tadi diikat atau dijerat dengan "pita" khusus dan baru dibuka kembali pada saat usia kehamilannya sudah cukup tua. Selama diikat, tidak disarankan berhubungan dengan pasangan sebab bisa menyebabkan kontraksi. Lagipula "pita" penjeratnya keras! Ketika janin berhasil dipertahankan, setelah perdarahan, si ibu hendaknya memperhatikan kesehatan tubuh sambil tak lupa menghindari stres. Makanan yang dikonsumsi hendaknya bergizi tinggi seperti makanan kaya zat besi, kalori, dan protein. Ditambah lagi, cukup vitamin dan mineral. Mintalah nasihat ahli gizi agar tersusun menu yang diperlukan. Ulah virus Perdarahan selama kehamilan bisa pula merupakan indikasi adanya ketidakberesan pada kehamilan itu sendiri. Yang paling dicemaskan kalau terjadi pada triwulan pertama masa kehamilan. Perdarahan pada masa ini merupakan tanda-tanda akan terjadinya keguguran. Pada masa-masa awal kehamilan, janin memang masih lemah karena plasenta belum terbentuk. Perkembangan janin dari 1 - 3 bulan hanya tergantung dari peran hormon. Secara alamiah, ada wanita tertentu memang "berbakat" mengalami perdarahan, yang kemudian diikuti keguguran. Untuk menanggulanginya, tentu harus dicari secara saksama penyebab utamanya. Setelah ditemukan penyebabnya, baru dilakukan tindakan medisnya. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah ketidakseimbangan atau gangguan hormonal. Pada kasus ini umumnya keguguran tidak bisa dihindari. Gangguan terhadap peran hormon penunjang kehamilan pada awal kehamilan 1 - 3 bulan menyebabkan janin tidak berkembang dan gugur.
Sumber http://id.shvoong.com